Petani Jepang menghasilkan 100 buah kyuri atau mentimun jepang bermutu tinggi per tanaman dengan kualitas yang tinggi, jadinya untung yang didapatpun sangat besar. Berbagai cara budidaya mentimun jepang atau kyuri dilakukan tapi tidak sehebat ini hasil panennya. Ternyata ada cara atau perlakuan khusus semoga tanaman kyuri menghasilkan kualitas dan produktivitas yang tinggi. Cara ini menggandakan cara eksklusif dari cara budidaya kyuri yang di lakukan di jepang tepatnya di okinawa.
Pamor kyuri alias mentimun di Jepang cukup indah sebab berharga mahal. Harga terendah 100 yen setara Rp10.000 dan tertinggi 1.000 yen setara Rp100.000 per kg. Sebuah harga yang fantastis. Prefektur Okinawa menjadi salah satu pusat budidaya mentimun di Jepang. Okinawa merupakan salah satu basis pertanian di Jepang sebab beriklim lebih hangat dibanding wilayah lain di Negeri Sakura.
Kyuri memerlukan perlakuan khusus di dalam greenhouse. Harap mafhum, ketika animo hirau taacuh hampir semua lahan di luar ruangan tertutup salju sehingga tanaman gagal berbuah optimal. Belum lagi angin taifun yang melanda Jepang 2—3 kali setahun. Taifun merusak benda yang berada di lintasannya termasuk lahan pertanian.
Bibit sambung
Salah satu petani skala besar di Okinawa mempunyai 9 greenhouse berukuran 35 m x15 m x 5 m. Empat dari sembilan rumah tanam itu untuk membudidayakan mentimun jepang / kyuri. Secara umum teknik pengolahan lahan sama dengan di Indonesia. Para petani kyuri di Okinawa membajak tanah dan membiarkan selama sepekan untuk menetralkan tanah. Mereka memberian pupuk dasar berupa 10 ton kompos atau taihi dalam bahasa Jepang per 500 m2.
Dengan demikian mereka menekan penggunaan pupuk kimia. Manfaat lain, mereka menggunakan lahan selama setahun tanpa olah tanah kembali. Mereka kemudian mencampur tanah semoga merata dan membuat bedengan selebar 1,2 meter dan panjang 32 meter. Sistem pengairan sempurna di atas bedengan sebelum memasang mulsa plastik. Lubang tanam berjarak 50 cm di episode tengah bedengan. Sebuah guludan terdiri atas satu baris tanaman.
Petani menggunakan bibit sambung dengan batang bawah labu dan batang atas mentimun. Penggunaan bibit sambung dengan kabocha–labu khas Jepang—agar perakaran tanaman lebih berpengaruh dan tanaman berumur panjang hingga lima bulan, lazimnya tiga bulan. Bibit sambung terbukti membuat tanaman lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Para petani merendam bibit dalam larutan zat perangsang tumbuh selama 5 menit sebelum penanaman pada pagi atau sore.
Para petani di Jepang memasang tali khusus sebagai rambatan tanaman ketika tanaman berumur 2—5 hari. Seiring pertumbuhannya, petani membantu melilitkan tanaman memutar searah jarum jam. Jika pelilitan terbalik menjadikan tanaman rebah. Selain itu mereka juga memasang benang sunline di tiang di sisi kanan dan kiri bedengan.
Benang sunline sebagai kawasan merambat tunas air atau cabang tanaman. Pemasangan benang sejajar dengan bedengan. Setiap bedengan dipasang lima benang di setiap sisi atau total 10 benang. Jarak antara kedua tiang 50 cm secara horizontal dan jarak antarbenang sunline secara vertikal 25 cm.
Rompes tunas air
Pada umur 7—8 hari tanaman mulai tinggi dan muncul tunas air di ketiak daun. Rompes enam tunas air pertama dari bawah—masing-masing tiga tunas air per hari untuk mencegah tanaman stres dan pertumbuhan terhambat. Tunas air ke tujuh hingga 17 dipelihara. Ikatkan tunas air ke-7—17 yang memanjang itu ke benang sunline. Pengikatan di antara dua helai daun pertama.
Saat mengikat usahakan setiap tunas air lurus dengan benang sunline. Di bawah bakal buah tidak ada apa pun yang menghalangi semoga buah tetap lurus, tidak melengkung. Potong tunas air yang terikat sepanjang 30—35 cm dan sisakan dua daun. Jangan memotong tunas air sebelum diikatkan ke tali. Satu tanaman maksimal dipotong dua tunas air pada satu hari untuk mencegah layu. Lalu potong pucuk di batang utama untuk memaksimalkan pertumbuhan tunas air.
Saat tanaman berumur 40—45 hari, rompes daun utama untuk mengurangi kelembapan. Perompesan juga bertujuan dan memfokuskan nutrisi ke pembentukan buah. Perompesan pertama pada tiga daun terbawah, perompesan berikutnya dua daun. Perompesan harus menyisakan anakan tunas air. Dengan memelihara anakan tunas air maka produktivitas meningkat hingga 100 buah per tanaman.
Syaratnya anakan tunas air tumbuh ke atas, tidak ada yang terkulai. Anakan tunas air yang terkulai menjadikan tak produktif. Potong episode pucuk anakan tunas air bila telah setinggi batang utama. Pada umumnya bakal buah yang terdapat di tunas air tidak dapat membesar. Jika tunas air yang dipelihara maka buah hanya muncul di batang utama, jumlahnya 35—40 buah.
Pemupukan dengan fertigasi atau dalam bahasa Jepang disebut kansui. Pemupukan melalui selang di bawah bersamaan dengan penyiraman. Cara lain dengan menyemprotkan pupuk di daun tanaman atau youmen sampu. Pemberian pupuk susulan pertama dengan fertigasi ketika tanaman berumur 30—35 hari atau setelah pemangkasan pucuk. Isyarat lain harus memupuk susulan ketika bakal buah mulai keluar.
Panen
Para petani di Okinawa memanfaatkan NPK 15:15:15 atau 16:15:15. Konsentrasi 0,05 : 1 atau 0,05 gram materi dalam 1 liter air. Sebuah greenhouse 1.000 m2 maksimal memerlukan 3,5 kg pupuk per bulan. Pemupukan melalui fertigasi sepekan sekali. Penggunaan pupuk organik cair mengandung unsur-unsur mikro dan zat perangsang tumbuh ketika pagi sebab efektivitasnya lebih tinggi. Konsentrasi atau perbandingan antara air dan materi pupuk cair 1 : 1 atau 2 : 1.
Panen pertama kali ketika tanaman berumur 45 hari. Petani memetik buah sepanjang 20—24 cm dan berdiameter 2,5—3,5 cm. Panjang tangkai potong 3—5 mm dari pangkal buah. Panen setiap hari, hindari panen dua hari sekali sebab buah terlalu besar. Interval panen sehari—atau 2 hari sekali panen—menghambat pertumbuhan dan mengurangi umur tanaman.
Kelebihan sistem budidaya itu produktivitas tanaman tinggi sehingga mengoptimalkan daya guna lahan. Para petani juga menghasilkan buah berkualitas tinggi dengan biaya produksi rendah. Itu sebab mereka menghemat pupuk kimia setelah menerapkan fertigasi sehingga lebih efisien. Kekurangan sistem budidaya itu lebih rumit daripada budidaya mentimun pada umumnya sebab banyak perlakuan yang khusus dan spesifik. Harga bibit juga lebih mahal.
( OISCA The Organization for Industrial, Spiritual, and Cultural Advancement di Okinawa Jepang, 2014—2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar